Thursday, September 24, 2009

PUASA ENAM BULAN SYAWAL?APER TU?

SALAM SAHABAT2
APA KHABAR IMAN DIHATI?

SALAM LEBARAN UMMU UCAPKAN


DAN TAK LUPA PNTA KMAAFAN DARI KAMI PENULIS BLOG

SEPANJANG MENULIS ADA YANG TERSALAH KATA

kali ni ummu nak share tentang intipati tajuk diatas

jom baca..



Rasulullah SAW bersabda (yang artinya) : “Barangsiapa yang berpuasa di bulan Ramadhan dan meneruskannya dengan enam hari di bulan Syawal, maka (pahalanya) seolah-olah berpuasa selama setahun” (Hadis Riwayat Imam Muslim. Kitab Puasa).
Hadis ini menjadi hujjah kepada para ulama khususnya dan umat Islam seluruhnya untuk mengamalkan puasa sebanyak enam hari di bulan Syawal setelah menunaikan puasa bulan Ramadhan sebulan penuh.
Sebenarnya puasa enam hari ini mempunyai beberapa hikmah yang tertentu dari sudut kesehatan manusia itu sendiri. Puasa selama sebulan penuh di bulan Ramadhan antaranya menyebabkan sistem percernaan di dalam badan beristirahat seketika di waktu siang selama sebulan. Kedatangan bulan Syawal menyebabkan seolah-olah ia mengalami kejutan dengan diberikan tugas mencerna pelbagai makanan pada hari raya dan hari-hari sesudahnya, apakan lagi amalan masyarakat kita suka mengadakan kenduri pada musim-musim perayaan. Pada hari raya, ia mencerna pelbagai jenis makanan mulai dari ketupat rendang sampai nasi yang mengandung minyak. Oleh karena itulah, puasa enam ini memberikan ruang kembali kepada sistem pencernaan badan untuk beristirahat dan bertugas secara berangsur-angsur untuk kebaikan jasmani manusia itu sendiri.
Selain dari itu, sebagai manusia yang menjadi hamba Allah SWT, alangkah baiknya apabila amalan puasa yang diwajibkan kepada kita di bulan Ramadhan itu kita teruskan juga di bulan Syawal walaupun hanya enam hari. Ini seolah-olah menunjukkan bahwa kita tidak melakukan ibadah puasa semata-mata karena ia menjadi satu kewajiban tetapi karena rasa diri kita sebagai seorang hamba yang benar-benar bersungguh-sungguh untuk taqarrub kepada Tuhannya. Bukankah ibadah puasa ini menurut hadis sebenarnya mengekang nafsu syahwat ?
Di dalam hadis di atas, Rasulullah SAW menyatakan bahwa puasa enam hari setelah bulan Ramadhan akan diganjari pahala seolah-olah berpuasa selama setahun. Para ulama menguraikan rahasia di balik ganjaran tersebut dengan menyampaikan dalil bahwa setiap amalan kebaikan manusia akan diganjari sebanyak 10 kali lipat. Puasa 30 hari di bulan Ramadhan diganjari sebanyak 300 hari, sedangkan puasa enam hari di bulan Syawal juga diganjari dengan 60 hari. Jika diperkirakan jumlahnya 360 hari, jumlah ini hampir menyamai jumlah hari di dalam setahun sebanyak 360-365! Subhanallah. Dan sesungguhnya Allah berhak untuk memberikan ganjaran sebanyak yang dikehendakiNya.
Di antara persoalan yang sering timbul sekitar puasa enam ialah adakah harus menggabungkan di antara dua puasa yaitu puasa qadha’ dan puasa enam hari di bulan Syawal. Adakah diganjari dengan kedua-dua pahala tersebut dengan puasa yang satu? Syeikh Atiyyah Saqr, mantan Ketua Lajnah Fatwa Al-Azhar ketika ditanya tentang persoalan ini menyatakan bahwa sudah cukup bagi seorang yang ingin melakukan puasa qadha’ dan puasa enam dengan berniat puasa qadha’ dibulan Syawal, dan ia akan diganjari dengan dua ganjaran sekaligus seandainya dia bertujuan demikian dengan syarat dia perlu mendahulukan niat puasa qadha’ terlebih dahulu. Ini adalah karena puasa qadha’ adalah wajib sedangkan puasa enam adalah sunat.
Kebanyakan ulama Syafi’iyyah berpendapat bahawa ganjaran puasa enam tetap akan diperolehi apabila seseorang berpuasa qadha’ sekalipun ia tidak berniat menggabungkan kedua-duanya, tetapi pahala yang diperolehi kurang daripada seorang yang berniat kedua-duanya. Di dalam kitab As-Syarqawi ‘Alat Tahrir yang ditulis oleh Syeikh Zakaria Al-Ansori dinyatakan bahwa jika seseorang berpuasa qadha’ yang tertinggal di bulan Ramadhan atau bulan selainnya, atau puasa nazar atau puasa sunat yang lain di bulan Syawal, maka ia akan tetap diganjari dengan pahala puasa enam sekalipun ia tidak berniat bahkan jika ia tidak mengetahui sekalipun tentang puasa enam. Ini adalah karena ia telah memenuhi maksud hadis Rasulullah SAW agar berpuasa di bulan Syawal. Namun, pahala yang diperolehi tentulah kurang daripada orang yang berniat kedua-duanya sekaligus. Beliau mengambil contoh salat tahiyyatul masjid, jika seseorang memasuki masjid dan terus melakukan salat fardhu bersama jemaah atau sendiri, maka dia akan diganjari dengan dua pahala sekaligus yaitu bersama pahala salat tahiyyatul masjid. Ini adalah karena maksud salat tahiyyatul masjid ialah seseorang bersalat begitu memasuki masjid sebelum ia duduk.
Namun, kebanyakan ulama berpendapat bahwa sekalipun pahala puasa enam bersama puasa qadha’ akan diganjari bersama-sama puasa yang satu, seseorang yang melakukan kedua-duanya secara terpisah tetap akan mendapat kelebihan yang banyak di sisi Allah SWT. Ini adalah karena sebagai seorang hamba yang tunduk kepada Allah SWT, memperbanyak amalan taqarrub dengan memisahkan di antara yang menjadi kewajiban dengan yang menjadi anjuran tentulah lebih menunjukkan kesungguhan diri sebagai seorang hamba mencari rida Tuhannya.
Persoalan selanjutnya, bagaimanakah jika seseorang khususnya wanita ingin berpuasa secara terpisah di antara puasa enam dan puasa qadha’, yang manakah yang sewajarnya didahulukan? Adakah di dalam kasus ini kaedah mendahulukan yang wajib dipakai? Syeikh Jaafar Ahmad Tolhawi, salah seorang ulama al-Azhar, menyatakan, puasa enam seharusnya didahulukan karena ia hanya boleh diamalkan di dalam bulan Syawal saja.
Adapun puasa qadha’, seseorang itu bebas melakukan di dalam waktu 10 bulan berikutnya sebelum tibanya bulan Ramadhan yang akan datang. Ini bertepatan dengan amalan Ummul Mukmin Aisyah RA yang berpuasa qadha’ di bulan Sya’ban dan diakui oleh Rasulullah SAW dan dikira sebagai sunnah taqririyyah. Namun, jika ia menggabungkan kedua-duanya sekaligus, ia juga diharuskan.

Sebagai kesimpulan, marilah kita sama-sama melakukan ibadat puasa enam yang dianjurkan oleh Rasulullah SAW ini. Apakah ingin menggabungkan puasa enam dengan puasa yang lain atau ingin melakukannya secara terpisah, itu terpulanglah kepada diri kita sendiri berdasarkan kemampuan yang ada pada diri kita. Yang penting ialah kita ingin ia menjadi saksi di hadapan Allah SWT nanti sebagai tanda bahwa diri ini benar-benar ingin mencari dan memburu keridaanNya. Semoga kita dimasukkan di dalam golongan orang-orang yang mendapat keberhasilan di dunia dan di akhirat kelak. Amin.



Sumber : http://www.jaring.my/weblog/

0 Pendapat hati:

Post a Comment

 

Fastabiqul Khairat Template by Ipietoon Cute Blog Design